Shofwan Karim Obituari Buya Mirdas (4) Keluarga Quran dan Ulama


Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas (4) 

Keluarga Quran dan Ulama

Orang Tua. Saya mencoba menghubungi keluarga Buya Mirdas. Di antaranya isteri Buya, adiknya dan seorang putri Buya. Dari adik Buya, Yusrizal Iilyas, ada bebepa data keluarga. Saya kenal adik Buya ini  sejak di Padang Panjang.  Berlanjut ketika Buya dan kami (40-an orang)  kuliah di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Padang mulai 1972. Seingat saya Yusrizal, mengikuti Buya, saya ikut panggil Yur. Sekarang oleh adik dan klg mereka dipanggil Wan Etek, Yur, kuliah dan tamat AKPB Padang. Waktu itu kampusnya di PGAI Jati Padang.
\
Buya Mirdas  anak kedua dari sembilan bersaudara dari Ayah yg bernama Ilyas dan Ibu bernama Sajidah. Oleh anak-anak dan keluarga di Panyalaian, Bapak Ilyas dipanggil Buya Ilyas. Dengan sebutan kesayangan  "Uya" . Ayah Buya Mirdas ini, atau Uya Ilyas, dikampungnya Panyalaian Kec X Koto Tanah Datar biasa dipanggil masyarakat dengan panggilan Angku Imam. Oleh karena sepanjang hidupnya memang beliau adalah Imam dan Ulama tempat orang belajar mengaji Al Qur'an. Beliau seorang penceramah dan Imam yg sangat dikenal dikampung Nagari Panyalaian ini. 

Angku Imam atau Uya ( Buya ) lahir pada sekitar tahun 1915 . Wafat pada tgl 8 Agustus 2007  di usia 92 tahun. Beliau menghembuskan nafas terakhir tanpa sakit.  Di kamar, tanpa diketahui siapapun.  Saat itu beliau kelihatan masih sedang mempersiapkan bahan untuk ceramah atau pengajian yg akan dia sampaikan malam harinya.  Ini terbukti dengan masih adanya pena dipangkuannya dan al-Quran serta buku yg dia baca pada saat sebelum meninggal.

Isteri Uya,  Ibu Sajidah yg oleh anak2nya dipanggil Umi juga meninggal dalam usia yg cukup panjang pula, 86 tahun. Umi wafat 1 Januari tahun 2014.

Dari perkawinan Uya Ilyas ( Angku Imam ) dan Ibu Sajidah, lahir 9 orang putera dan puteri: (1) Amhar Ilyas lahir  5 Mei 1945 dan meninggal 22 April 2001; (2)  Mirdas Ilyas lahir 13 September 1950 meninggal  31 Juli 2021;  (3) Yusrizal Ilyas lahir 1 April 1954; (4) Yerniswita Ilyas lahir 13 April 1957; (5) Erdawati Ilyas lahir 14 April 1959; (6). Zulamri Ilyas lahir 20 April 1963; (7). Suratmi Ilyas lahir 13 Januari 1966; (8) Edi Erwiyanta Ilyas lahir 17 Juli 1968; (9) Welya Artuti Ilyas lahir 27 Pebruari 1971.

Kakek Angku Imam atau Uya Ilyas  oleh cucu dan cicit nya di panggil Uwo dan Nenek Sajidah yg oleh semua anak, cucu dan cicit nya tetap dipanggil Umi, meninggalkan 37 cucu dan 46 cicit.


Pendidikan. Mirdas, menempuh pendidikan sejak SR-SD sanpai sarjana. Tamat SR-SD2 Panyalaian 1963. SMPN 2 Padang Panjang tamat 1969. Terus ke STM Padang Panjang 1 tahun, tidak tamatRIWAYAT PENDIDIKAN MIRDAS ILYAS

1. SD NO 2 Panyalaian tamat tahun 1963

2. SMP NEGERI NO 2 Padang Panjang tamat tahun 1969

3. Melanjutkan ke STM ( hanya 1 tahun, tidak tamat )

4. Melanjutkan ke Persiapan IAIN Padang Panjang tahun 1971

5. Pindah ke Persiapan IAIN Padang tahun 1973 ( kalau tidak salah Sekolah Persiapan IAIN di Padang Panjang ditutup dan siswanya dipindahkan ke Padang )

6. Melanjutkan ke IAIN IMAM BONJOL PADANG tahun 1974


Sedikit catatan mengenai pendidikan beliau yaitu setamat SMP beliau disarankan oleh orang tua dan keinginan orang tua agar beliau melanjutkan ke PGA atau kesekolah agama setingkat SMA, namun waktu itu beliau tidak mau dan maunya meneruskan ke STM di Padang Panjang. Masa itu anak2 STM di Padang Panjang terkenal dg kenakalannya  sementara tenaga pendidiknya sendiri terkenal keras dg Kepala Sekolah nya yg sangat keras yaitu Bapak Arifin. Bapak Arifin ini terkenal dg kasarnya ( main tampar dan main pukul )   bila dia menemukan murid yg berbuat kesalahan. Suatu hari pulang sekolah sesampai di rumah orang tua mendapati Mirdas merah dan biru dipipinya karena habis dipukul oleh Sang Kepala Sekolah karena kedapatan tidak menyelesaikan pekerjaan rumah. Semenjak saat itu orang tua ( Bp Ilyas ) melarang Mirdas untuk meneruskan sekolahnya di STM. 


KEHIDUPAN SEBAGAI GURU MENGAJI.

Karena memang Bp Ilyas ( Angku Imam ) orang tuanya Mirdas sehari hari adalah pendidik sebagai guru mengaji Al Qur'an untuk orang sekampungnya di Panyalaian, maka seluruh anak2 nya juga boleh dikatakan pintar membaca Al Quran. 

Sebagai catatan, bahwa sampai saat ini rumah tempat kelahiran Mirdas tidak pernah terputus menjadi tempat belajar mengaji buat anak2. Dirumah kelahiran Mirdas sudah sejak lama berdiri TPA yg bernama TPA MUHABBATUL FURQAN. Salah seorang dari adik Mirdas yaitu Erdawati pernah menjadi Juara MTQ Tingkat remaja Se Sumbar dan menjadi utusan Prop Sumbar untuk MTQ Nasional di Semarang pada tahun 1976. 

Dalam kehidupan sehari hari hampir semua kakak beradik Mirdas menjalani kehidupan sebagai guru mengaji disamping tugas maupun pekerjaan lain yg dihadapi.

Bapak Ilyas ( Angku Imam ) dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan kepada anak2 nya bahwa beliau tidak meninggalkan warisan harta benda apapun buat anak2nya karena memang demikian adanya, beliau miskin harta tidak ada sawah maupun ladang yg beliau miliki,  namun warisan yg beliau tinggalkan adalah kepintaran membaca Al Qur'an yg akan bisa dimanfaatkan oleh anak2 beliau dalam kehidupannya.  Berbekal kepandaian mengaji membaca Al Qur'an ini lah hampir semua anak2 beliau melanjutkan sekolah/kuliah dg menggunakan honorarium yg mereka peroleh dari mengajar mengaji.

Mirdas sendiri semasa masih tinggal dikampung sekolah sudah menjadi guru mengaji, beliau sempat jadi guru mengaji di beberapa tempat baik Mesjid/Mushalla maupun di madrasah2 dikampung. Demikian juga setelah pindah ke Padang yg kebetulan masa itu kakak tertua yaitu Amhar Ilyas sudah tinggal di Padang kuliah di Fakultas Pertanian Unand dan juga jadi guru mengaji di Mesjid Kampung  Jawa Dalam dan Mesjid Taqwa Bandar Purus, Mirdas juga tinggal di Padang sekolah/kuliah sambil mengajar mengaji di dua tempat tersebut. Semasa kepemimpinannya sebagai kepala TPA di Kp Jawa Dalam, TPA ini sangat terkenal di Kota Padang, muridnya sangat banyak, dg guru2 yg sangat terlatih dan disegani oleh para orang tua dan masyarakat di daerah ini. Didikan Subuh sebagai salah satu bagian dari pendidikan di TPA Kampung Jawa Dalam ini sangat dikenal pada masa itu. 

Diantara guru yg mengajar bersama Mirdas di TPA Kampung Jawa Dalam ini yaitu

1. Mukhlis Ahmad mhsw IAIN

2. Tasnim Rasyid mhsw IAIN

3. Yulidar mhsw IAIN

4.  Ida mhsw IKIP

5. Salmiati mhsw IAIN

6. Wis mhsw IAIN

7. Yusrizal Ilyas mhsw AKBP ( Adik kandung Mirdas )

8. Yerniswita Ilyas ( adik kandung Mirdas )

9. Yu mhsw IAIN

Dan beberapa guru lainnya.

 Hidup dan kehidupan Mirdas memang tidak terlepas dari mendidik, disamping sebagai guru selaku PNS Kem Agama memang menjadi pendidik untuk membaca Al Qur'an dimanapun beliau berdinas selalu beliau lakukan dan tekuni. 


KEHIDUPAN SELAKU PNS

Selesai menamatkan Sarjana Muda di IAIN IMAM BONJOL PADANG, Mirdas mendaftar untuk menjadi PNS sebagai guru di Kem. Agama. 

Penempatan pertama beliau selaku guru yaitu di Madrasah Aliyah Koto Berapak Bayang Pesisir Selatan. Beliau cukup lama mengajar di MAN Koto Berapak ini. Disaat mengajar di MAN Koto Berapak ini Mirdas menyempatkan diri untuk melanjutkan kuliah di IAIN Imam Bonjol sampai akhirnya  meraih gelar kesarjanaan S 1. 

Semasa mengajar disini dia menikah dgn orang sekampung yaitu dg Erni Mutia, yang tamatan Kuliatul Muballighat  ( KM ) Padang Panjang. Erni Mutia belakangan juga melanjutkan kuliah di IAIN dan setamat Sarjana Muda juga diterima sebagai guru PNS di beberapa Tsanawiyah salah satunya Tsanawiyah Ganting Padang Panjang sampai Pensiun.

Setelah di Koto Berapak Mirdas sempat berpindah beberapa kali sbg guru seperti di MAPK Koto Baru, MAN Gunung Padang Panjang,  sebelum akhirnya beliau diangkat sebagai Kepala Sekolah di MAN Koto Baru dan MAN Gunung Panjang. Dalam kepemimpinan beliau MAN Koto Baru maupun Gunung Padang Panjang cukup maju dan cukup dikenal.  

Disamping menjalankan tugas sebagai PNS, Mirdas juga tetap menyempatkan diri untuk mengajar di KM Muhammadiyah maupun menjadi pengajar di Universitas Muhammadiyah Di Padang Panjang


KEHIDUPAN SOSIAL

Dalam kesehariannya dimanapun Mirdas berada dirinya tidak pernah lepas dari urusan2 sosial, di Padang Panjang sepulang dari menjalankan ibadah haji, beliau diangkat oleh perkumpulan Haji menjadi Ketua yg dia tekuni dg baik, setiap sebulan sekali jamaah dari perkumpulan haji ini mengadakan pengajian serta kegiatan sosial lainnya, demikian juga dg urusan Dakwah, beliau pernah cukup lama menjadi pengurus MUI di Padang Panjang. 

Mirdas adalah pengikut Muhammadiyah tulen, darahnya darah Muhammadiyah yg diturunkan dari Buya dan Umi nya,  hidupnya selalu dia baktikan untuk Muhammadiyah baik semasa beliau menjadi pengurus Muhammadiyah Padang Panjang Batipuh X Koto ataupun beliau menjadi anggota biasa. Beliau tidak segan untuk datang ke Jakarta atau kemanapun untuk mengurus harta waqaf Muhammadiyah. Dan di kampung beliau Panyalaian bersama pengurus Muhammadiyah lainnya beliau telah  menghidupkan dan membangun kembali kantor Muhammadiyah yg sudah lama tidak berfungsi karena rusak. Disamping itu atas dasar kepercayaan yg telah dibangun oleh beliau atas nama Muhammadiyah di kampungnya sendiri Panyalaian, terdapat aset tinggal yg tidak dimanfaatkan lagi,  oleh pemiliknya telah dihibahkan sebagai tanah waqaf untuk Muhammadiyah.

Di kampungnya  sendiri Panyalaian Mirdas tidak pernah berhenti mengurus kampung halaman mulai dari mengurusi Mesjid, Mushalla, TPA. Bahkan menjadi pengurus dalam unit2 kegiatan Nagari. Beliau pernah jadi Ketua BPRN selama 2 periode, Ketua BMT Nagari yg masih beliau pegang sampai akhir hayatnya, bahkan juga menjadi pengurus Air Minum Nagari masih beliau sempatkan. 

Untuk berdakwah memberikan pengajian beliau tidak hanya di kenal di Padang Panjang, namun beliau masih mengisi ceramah pengajian di Padang, Lubuk Alung, Bukittinggi, Agam serta Payakumbuh.


KEHIDUPAN KELUARGA

Bersama isteri beliau Erni Meutia, Mirdas dikaruniai 4 orang anak dan 7 orang cucu. 3 orang anak beliau yg perempuan menamatkan pendidikan S2 .

Wirda anak pertama menamatkan Pendidikan S2 di IAIN Syarif Hidayatullah dan saat ini menjadi PNS dan mengajar di salah satu Madrasah Aliyah di Kota Bandung. Wirda menikah dg DR Muhammad Muflih MA yg berasal dari Palembang Sumsel. Muflih adalah dosen pada Politeknik Negeri Bandung. Dari Wirda, Mirdas punya 3 cucu laki laki. 

Hilma anak ke dua, PNS pada BMKG Pusat di Jakarta, menamatkan pendidikan S2 di ITB Bandung. Hilma menikah dg Syaiful Muhajir ST IT yg berasal dari Tuban Jawa Timur. Dari Hilma, Mirdas punya 2 cucu, 1 laki dan 1 Perempuan.

Nadra anak ke tiga juga PNS pada Pemda Propinsi Sumatera Barat,  juga penyandang gelar S2 yg diperoleh dari Unpad Bandung. Nadra nikah dg Aria Permana SE pemuda asal Pengalengan Kab Bandung, seorang PNS pada BPKP. Dari Nadra, Mirdas punya 2 cucu laki2.

Hanya Hari anak laki satu2nya Mirdas yg setia menemani Mirdas tinggal dikampung.

Perlu diketahui bahwa Mirdas mendambakan lahirnya seorang cucu perempuan karena 6 cucu yg lahir lebih awal adalah laki laki. Alhamdulillah Hilma Puteri ke 2 pada bulan Juni 2021 melahirkan seorang anak perempuan yg diberi nama Sarah. Namun karena situasi wabah Covid yg sedang melanda negeri ini, Mirdas dan Isteri tidak mungkin datang menengok cucu ke Bintaro Jakarta, sampai akhir hayatnya Mirdas tidak sempat menggendong maupun mencium cucu perempuan yg didambakannya hanya bisa dia lihat lewat Video call yg dikirim Hilma.

[16.56, 9/8/2021] Yur Adik Buya Mirdas Ilyas: Bang, itu beberapa masukan kami ttg Wan Mirdas mudah2an bermanfaat. Gelar Akademisnya anak2 Wan Mirdas nanti kami susulkan

[17.07, 9/8/2021] Shofwan Karim-1🤝: Alhamdulillah. Ini sangat penting. Yang perlu saya telusuri lagi, Buya masuk SP IAIN Padang Panjang berarti pindahan dari STM. Perasaan saya tahun 1969 itu kami sudah mulai sama-sama di Persiapan IAIN. Menurut Rumsas, Tahun 1971Buya pundah ke SP-IAIN Padang. Dan rasanya tahun 1972 kami sama-sama masuk Fakultas Tabiyah IAIN, Setelah Sarjana Muda (BA) belia istirahat. Baru belakangan lanjutkan lagi ke Sarjana Lengkap (Drs). Ini perlu dikonfirmasi ulang. Kalau ada ccopy ijazah beliau, akan sangat membantu atau dokume n lainnya. Mohon tambahan info, kalau masih ada. Akan tetapi narasi di atas sudah bisa buat tulisan berikut dengan ada catatatan yang bertanda (?).



Putr-i Miedas Ilyas: Wirda Hayati, SPdi., MA

Hilma, ST, MT

Nadra Mirdas, SE, MT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Muballigh-Muballighah dan HariMU: Meningkatkan Kompetensi Bangun Sinergi Hadapi Tantangan dan Globalisasi

Buya ZAS (1) : MASA KECIL DI KAMPUNG GALAPUNG