Sawahlunto, PWMuSumbar (4/4/2021). Pelatihan Muballigh dan Muballighah Muhammadiyah_Aisyiyah Sumbar berlanjut. Menurut H. Solsafad, AMd., S.Pd.I., M.A. Wakil Ketua PWM yang membidangi Tabligh dan Wakaf dan Kehartabendaan, yang juga Ketua Harian PWM, kali ini adalah yang ke-4. Sebelumnya adalah Pasaman Barat, Bukittinggi, 50 kota dan Sawahlunto. Menurut Ketua KL Lazismu At-Taqwa dan Promotor Sadaqah Mart serta Taqwa Mart ini, agenda pelatihan akan terus dilanjutkan ke seluruh PDM. Pelatihan yang bertema, "Meningkatkan Kompetensi Bangun Sinergi Hadapi Tantangan dan Globalisasi" ini dikuti dengan sangat serius, kritis dan khidmad oleh seluruh peserta. Kali ini hadir 25 orang peserta Muballigh Muhammadiyah dan Muballighah Aisyiah serta pengurus masjid dan muballigh dari dua Masjid Muhammadiyah, Masjid Munawwarah dan Muttaqin dari Talawi. Tim nara sumber dari PWM untuk di Sawahlunto yang berlangsung hari Ahad, 4 April kemarin, terdiri atas Dr. H. Zulheldi, M.Ag., Sekretar
Fami Buya Zainal Abidin Syuaib (ZAS) . Foto EYB MASA KECIL DI KAMPUNG GALAPUNG Oleh: Efri Yoni Baikoeni ZAS dilahirkan pada tahun 1913 di Galapuang, di pinggiran Danau Maninjau. Saat ini Galapuang merupakan sebuah jorong dari 11 jorong dalam Kenagarian Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Di Kecamatan Tanjung Raya (dulu Kecamatan X Koto Maninjau) terdapat sebanyak tujuh nagari di sekitar Danau Maninjau. Tujuh nagari yang dimaksud adalah: 1) Maninjau, 2) Sungai Batang, 3) Tanjung Sani, 4) Bayua, 5) Tigo Koto, 6) Koto Kaciak, dan 7) Duo Koto. Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas sekitar 99,5 km2 dan kedalaman mencapai 495 meter. Danau Maninjau merupakan danau terluas ke-11 di Indonesia, dan terluas ke-2 di Sumatera Barat. Menurut cerita, Danau Maninjau pada awalnya merupakan gunung berapi “Gunung Tinjau” yang di puncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Kepercayaan terhadap asal muasa
Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas (4) Keluarga Quran dan Ulama Orang Tua . Saya mencoba menghubungi keluarga Buya Mirdas. Di antaranya isteri Buya, adiknya dan seorang putri Buya. Dari adik Buya, Yusrizal Iilyas, ada bebepa data keluarga. Saya kenal adik Buya ini sejak di Padang Panjang. Berlanjut ketika Buya dan kami (40-an orang) kuliah di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Padang mulai 1972. Seingat saya Yusrizal, mengikuti Buya, saya ikut panggil Yur. Sekarang oleh adik dan klg mereka dipanggil Wan Etek, Yur, kuliah dan tamat AKPB Padang. Waktu itu kampusnya di PGAI Jati Padang. \ Buya Mirdas anak kedua dari sembilan bersaudara dari Ayah yg bernama Ilyas dan Ibu bernama Sajidah. Oleh anak-anak dan keluarga di Panyalaian, Bapak Ilyas dipanggil Buya Ilyas. Dengan sebutan kesayangan "Uya" . Ayah Buya Mirdas ini, atau Uya Ilyas, dikampungnya Panyalaian Kec X Koto Tanah Datar biasa dipanggil masyarakat dengan panggilan Angku Imam. Oleh karena sepanjang hidupnya
Komentar
Posting Komentar